Pembagian Hukum Bacaan Mad

 Pembagian Hukum Bacaan Mad. Pembahasan selanjutnya dalam Kitab Tuhfatul Atfal, mengenai tata cara dan hukum membaca Al Qura'n (Ilmu Tajwid). Setelah dalam postingan sebelumnya menjelaskan tentang :
1. Hukum nun Mati dan Tanwin
2. Hukum Bacaan Huruf Mim Mati (Sukun) dan Lam al dan lam Fi'il

Maka dalam postingan Kali ini kita akan membahas tentang ;

" Pembagian Hukum Bacaan Mad"  

Hukum Mad

 Dan mad itu ada ashliy (asli) dan far'iy (cabang), mad jenis yang pertama (mad ashliy) disebut juga mad thobi'iy. Panjang bacaan mad adalah satu alif/dua harakat. 

1. Mad Thobi'iy (Mad Asli)
Yaitu Mad yang tidak bergantung pada sebab (misalnya sebab waqaf dan sukun/mati), dan juga tidak bergantung pada huruf lain. Akan tetapi setiap huruf hijaiyah selain hamzah atau sukun, yang datang atau berada setelah huruf mad disebut mad thobi'i. Mad ashliy juga disebut dengan mad thobi'iy.

Mad Thobi'iy (Mad Asli, yang terkumpul dalam lafadz وَاىٍ yaituwauw, alif, dan ya'. Dan (syarat dibaca mad adalah) kasroh sebelum ya', dan dhommah sebelum wawu, sebagai syarat dibaca mad, serta fathah sebelum alif, wajib juga di baca mad.
Contoh:

1. Dhommah sebelum wawu: يَقُوْلُ
2. Kasroh sebelum ya': قِيْلَ .
3. Fathah sebelum alif: قَالَ
Dan disebut dengan mad layyin, jika ada ya'atau wawu mati/sukun, namun ketika itu huruf sebelumnya berharokat/berbaris fathahContoh :.   رَيْبٌ خَوْفٌ

2. Sedangkan mad yang selainnya, disebut mad far'iy, yang waqaf atas sebab hamzah atau sukun, secara mutlak (baik di tengah maupun di akhir kata) .

Bagi mad, terdapat 3 hukum, yaitu jenis pembagian mad, yaitu mad wajib, mad jaiz, dan mad lazim.  Adapun yang disebut dengan mad wajib, yaitu ketika datang hamzah setelah mad, didalam satu kalimat, maka disebut dengan mad wajibmuttasil. Panjang bacaan mad wajib muttashil, para ulama ahli qira'ah berbeda pendapat, menurut Imam Ashim dari riwayat Imam Hafs, adalah 5 harakat atau dua setengah  alif. Contoh: - جَاۤءَ , hamzam berada setelah mad (alif setelah fathah) -
Dan boleh, membaca panjang atau pendek, jika terpisah setiap katanya (tidak dalam satu kalimat), yang demikian disebut dengan mad jaiz munfasil.

 Jika hamzah yang bertemu dengan mad, berada di awal kalimat yang lain, maka disebut mad jaiz munfasil. Panjang bacaan mad wajib munfasil menurut Imam Ashim dari riwayat Imam Hafs dari jalan Imam Syatibi adalah 4 atau 5 harokat. Contoh: - فِۤي أَنْفُسِهِمْ - قُوۤا أَنْفُسِكُمْ

Dan sebagaimana mad jaiz munfasil, ketika huruf mati baru datang kemudian, yang berupa waqaf, seperti kata:تَعْـلَـمُـونَ dan نَسْـتَعِــينُ  hal ini disebut mad 'aridl lissukun. Panjang bacaan mad aridl lissukun, adalah sekitar 2 harakat, 4 harakat a tau 6 harakat.

 Atau jika hamzah datang terlebih dahulu, daripada mad, keadaan demikian disebut dengan mad badal, seperti kata:آمَـنُوا  dan إِيَـماناً

Panjang bacaan mad badal, menurut Imam Ashim menurut riwayat Imam Hafsh adalah satu alif (dua harakat) sebagaimana mad tobi'iy.

 Dan disebut dengan mad lazim, jika sukunnya adalah asli, dalam keadaan washal atau waqaf, yang berada setelah mad yang dibaca panjang. Perkiraan panjang bacaan mad lazim adalah 6 harakat (3 alif). Contoh: - الصَّاۤ خَّه - الضَّاۤلِّيْن 

 Pembagian mad lazim, menurut ahli qira'ah, ada empat, yaitu mad lazim kilmi, dan serta harfiy. Dan keduanya, yaitu kilmi dan harfiy, ada yang mukhoffaf (ringan) dan mutsaqqal (berat); keempat pembagian ini akan segera diperinci penjelasannya. Mad lazim ada 4, yaitu:
1. mad lazim kilmi mukhoffaf,
2. mad lazim kilmi mutsaqqal,
3. mad lazim harfi mukhoffaf,
4. mad lazim ha rfi mutsaqqol.

  Maka, jika sukun berkumpul dalam satu kata dengan huruf mad, maka disebut dengan mad lazim kilmi. Contoh: - الحاۤقَّةُ - الطَّۤامَةُ - الصّاَۤخَّة   Atau dalam huruf tsulatsi (yaitu huruf hijaiyah yang jika di lepas rangkaian pengucapan suara hurufnya terdiri dari 3 tiga  huruf), dan huruf madnya terletak ditengahnya, maka disebut dengan mad lazim harfi. Contoh huruf tsulatsi adalah nun (ن) yang jika ditulis lengkap akan seperti ini: نُون , huruf-huruf hijaiyah yang termasuk tsulatsi dapat diringkas dalam kalimat: نَقَصَ عَسَلُكُمْ atau kalimat كَمْ عَسَلْ نَقَصْ yaitu ن، ق، ص، ع، س، ل، ك، م  
Keduanya, yaitu mad lazim kilmi dan mad lazim harfi, disebut dengan mutsaqqal(yaitu mad lazim kilmi mutsaqqol atau mad lazim harfi mutsaqqol) jika didghomkan; dan masing-masing dari keduanya disebut dengan mukhoffaf (yaitu mad lazim kilmi mukhoffaf dan mad lazim harfi mukhoffaf) jika tidak diighomkan.

Dan mad lazim harfiy, itu terdapat pada awal-awal surat, yaitu dalam delapan surat yang teringkas-Terkumpul dalam huruf-huruf pada kalimat:كَمْ عَسَلْ نَقَصْ (berapa banyak madu yang berkurang?) dan adapun 'ain itu memiliki dua wajah yaitu cara membaca, yaitu membaca panjang/mad atau membawa tawasuth/pertengahan. Namun membaca dengan mad itu lebih masyhur.

Adapun selain huruf tsulatsi, yang bukan alif, maka madnya termasuk mad thobi'iy, ia dikenali. وَذَاكَ  Dan yang termasuk mad thobi'i yaitu awal surat-surat al-Quran yang terkumpul serta teringkas dalam lafadz:حَيٍّ طَـاهِرٍ (hidup bersih/suci) contoh: - حٰمۤ - طٰهٰ

Dan terkumpul dalam awal 14 surat, yang masyhur terkumpul dalam kalimat: صِلْهُ سُحَيْراً مَنْ قَطَعْك  (sambunglah tali silaturahim diwaktu sahur/pagi, pada orang-orang yang memutuskannya)

    Dan telah khatam sempurna, nadhom ini, dengan memuji Allah (dengan hamdalah), atas sempurna selesainya nadhom dengan pujian kepada-Nya tanpa ada batas.
Jumlah baitnya adalah “نَـدٌّ بَـداَ” (tumbuhan yang harum/tumbuhan pohon gaharu) kata ini jika diterjemahkan menurut perhitungan jummal (http://ar.wikipedia.org/wiki/حساب_الجمل) menunjukkan angka 61 yaitu:  = ن50 + د = 4 + ب = 2 + د = 4 + ا = 1 = 61 bagi orang yang berakal yaitu orang pandai , tanggal penyelesaianya yaitu “بُشْـرَى لِمَـنْ يُـتْقِـنُـهَا” (kabar baik bagi orang yang menguasai nadhom tersebut {nazhom tuhfatul athfal ini}), jika dilakukan perhitungan yang sama, kalimat-kalimat ini menghasilkan angka: 1198 , yaitu nazhom ini selesai dikarang oleh pengarang kitab ini pada tahun 1198 .
Lalu sholawat dan salam semoga senantiasa selamanya, atas penutup para nabi yaitu Nabi Muhammad SAW. Dan juga kepada para keluarganya, para sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya, dan juga bagi kita selaku umatnya dan setiap orang yang membaca dan mendengar kitab ini. Amin.

Demikin penjelasan mengenai  Pembagian Hukum Bacaan Mad,  semoga bermanfa'at.

0 Response to "Pembagian Hukum Bacaan Mad"

Posting Komentar